Menu

Thursday, 2 January 2014

Makalah Ilmu Pendidikan (Lingkungan Pendidikan )

Lingkungan Pendidikan



. PENDAHULUAN
            Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan kepribadian manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif. Disisi lain proses perkembangan dan pendidikan manusia tidak hanya terjadi dan  dipengaruhi oleh proses pendidikan yang ada dalam sistem pendidikan formal (sekolah) saja tetapi lingkungan disekitarnya juga berpengaruh kepada kepribadian manusia . Manusia selama hidupnya akan selalu mendapat pengaruh dari keluarga, sekolah, dan masyarakat luas. Ketiga lingkungan itu sering disebut sebagai tripusat pendidikan.
            Dengan kata lain, proses perkembangan pendidikan manusia untuk mencapai hasil yang maksimal tidak hanya tergantung tentang bagaimana sistem pendidikan formal yang dijalankan saja, namun juga tergantung pada lingkungan pendidikan yang berada diluar lingkungan formal.
Pendidikan merupakan sebuah sistem yang menyebutkan bahwa salah satu masukan dalam sistem pendidikan adalah masukan lingkungan. Lingkungan berkorelasi positif terhadap keberhasilan pendidikan seseorang, jika lingkungan yang baik maka akan membuat orang baik dan lingkungan yang buruk maka akan membuat orang buruk pula.

II.  RUMUSAN MASALAH
            Berdasarkan latar belakang di atas, maka pemakalah dapat merumuskan beberapa masalah yaitu:
A.    Apakah pengertian lingkungan pendidikan?
B.     Apakah jenis-jenis lingkungan pendidikan?
C.     Bagaimanakah fungsi lingkungan pendidikan?







III. PEMBAHASAN
A.    Pengertian Lingkungan Pendidikan
            Lingkungan secara umum diartikan sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Lingkungan dengan pengertian demikian dipilah menjadi lingkungan alam hayati, lingkungan alam non hayati, lingkungan buatan dan lingkungan sosial. Sebagai contoh saaat berada di sekolah, lingkungan biotiknya berupa teman-teman sekolah, bapak dan ibu guru serta karyawan, dan semua orang yang ada di sekolah, juga berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang ada dikebun sekolah, juga berbagai hewan-hewan yang ada disekitarnya. Adapun lingkungan abiotiknya berupa udara, meja, kursi, papan tulis, gedung sekolah, dan berbagai macam benda mati yang ada disekitarnya.
Sedangkan lingkungan pendidikan dapat diartikan sebagai berbagai faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap praktek pendidikan. Lingkungan pendidikan dapat pula diartikan sebagai berbagai lingkungan tempat berlangsungnya proses pendidikan, yang merupakan bagian dari lingkungan sosial. [Ahmad Munib, 2005: 76]
B.     Jenis-jenis lingkungan pendidikan
Lingkungan pendidikan dipilah menjadi 3 bagian yaitu lingkungan pendidikan keluarga, lingkungan pendidikan sekolah, dan lingkungan pendidikan masyarakat. Ketiga lingkungan pendidikan tersebut dikenal dengari tripusat pendidikan atau ada yang menyebut tripusat lembaga pendidikan.[ Soegiyanto, 1994: 89]
Keterkaitan ketiga pusat pendidikan masing-masing mempunyai fungsi tersendiri dengan satu tujuan yaitu menolong pertumbuhan dan perkembangan peserta didik secara optimal untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu menjadikan manusia yang seutuhnya, berjati diri, memiliki integrasi dan bermartabat.
Tuntutan perkembanagn zaman dan IPTEK, telah menjadikan persaingan baik sadar maupun secara tak sadar. Sekolah semula memperoleh otoritas untuk mendidik, karena sekolah hanyalah sebagian dari masyarakat, dan pendidikan hanayalah salah satu pranata sosial.
Ki Hajar Dewantara menyebut lingkungan pendidikan yang ketiga sebagai perkumpulan pemuda.[Umar, 2005: 67]
1.      Lingkungan Pendidikan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama. Disebut sebagai lingkungan atau lembaga pendidikan pertama karena sebelum manusia mengenal lembaga pendidikan yang lain, lembaga pendidikan inilah yang pertama ada. Selain itu manusia mengalami proses pendidikan sejak lahir bahkan sejak dalam kandungan pertama kali adalah dalam keluarga.
            Dalam kajian antropologis disebutkan bahwa manusia mengenal pendidikan sejak manusia ada. Pendidikan dimaksud adalah pendidikan keluarga. Pendidikan dimaksud berlangsung pada masyarakat yang masih tradisional. Dalam masyarakat demikian struktur masyarakat masih sangat sederhana, sehingga horison anak sebagian besar masih terbatas pada keluarga
Kehidupan masa depan anak pada masyarakat primitif mudah diprediksi. Hampir dapat dipastikan  bahwa kehidupan generasi sang anak nyaris sama dengan pola kehidupan sang orang tua. Hal ini karena kehidupan masa depan anak pada umumnya tidak terjadi banyak perubahan dari kehidupan orang tuanya.
            Kondisi ini muncul karena anak merupakan bagian dari keluarga. Sementara dalam masyarakat tradisional upaya pemenuhan kebutuhan seluruh anggota keluarga dikerjakan secara bersama-sama oleh seluruh anggota keluarga, tanpa pembagian pekerjaan yang komplek. Orang tua bertanggung jawab penuh akan pendidikan anaknya. Tanggung jawab ini pada masyarakat tradisional tidak akan selesai sampai anaknya telah menikah. Hal ini karena seluruh anaknya akan menjadi bagian dari produksi keluarga besar orang tuanya.


Perubahan fungsi tekanan dari  luar dalam bentuk modernisasi, dan mobilitas sosial baik secara vertikal maupun horisontal, akan menimbulkan perubahan struktur keluarga dan pola pendidikannya. Keluarga modern cenderung terdiri dari keluarga ini dengan ukuran kecil, lebih demokratis, kemasingan (tidak tahu persis yang dilakukan anggota keluarga yang lain), dan cenderung tergantung pada pelayanan jasa dari pihak lain. Dengan demikian dalam proses pendidikan, anak tidak lagi sepenuhnya tergantung pada pendidikan dari orang tuanya seperti pada keluarga tradisional. Porsi pendidikan keluarga dari masyarakat modern cenderung berkurang. Sebagian terbesar diambil alih oleh sekolah dan pendidikan dalam masyarakat lainnya seperti teman sebaya, organisasi sosial, kursus-kursus, dan lain-lain.
Pendidikan keluarga dapat dipilah menjadi dua yaitu:
a.    Pendidikan prenatal (pendidikan sebelum lahir)
Pendidikan prenatal atau atau pendidikan dalam kandungan didasari suatu asumsi bahwa sejak masa konsepsi manusia telah dapat memperoleh pendiaikan. Dalarn pendidikan ini diyakini merupakan pendidikan untuk pembentukan potensi yang akan dikembangkan dalam proses pendidikan selanjutnya. Pendidikan prenatal ini di pengaruhi oleh budaya lingkungan setempat. Secara sederhana pendidikan prenatal dalam keluarga bertujuan untuk menjamin agar si jabang bayi sehat dan selamat dalam kandungan hingga lahir ke dunia.
b.    Pendidikan postnatal (pendidikan setelah lahir)
Merupakan pendidikan manusia dalam lingkungan keluarga yang dimulai dari manusia lahir hinga akhir hayatnya. Segala macam ilmu kehidupan yang diperoleh dari keluarga merupakan hasil dari proses pendidikan postnatal.
Dasar tanggung jawab keluarga terhadap pendidikan anaknya meliputi hal-hal berikut:
·         Motivasi cinta kasih yang menjiwai hubungan orang tua dengan anak. Cinta kasih ini mendorong sikap dan tindakan untuk menerima tanggung jawab dan mengabdikan hidupnya untuk sang anak.
·          Motivasi kewajiban moral, sebagai konsekuensi kedudukan orang tua terhadap keturunannya. Tanggungjawab moral ini meliputi nilai-nilai religius spiritual untuk memelihara martabat dan kehormatan keluarga.
·         Tanggung Jawab sosial sebagai bagian dari keluarga, yang pada gilirannya juga menjadi bagian dari masyarakat. Tanggung jawab kekeluargaan.[ Faried, 1983: 119]
3. Lingkungan Pendidikan Sekolah
            Bertahun-tahun sepanjang rentang peradabannya, pada awalnya manusia hanya mengenal pendidikan keluarga dan penddikan dalam masyarakat. Pendidikan dalam masyarakat pun hanya dikenal manusia secara informal. Hal ini terjadi pada saat manusia dalam kehidupan primitif. Pada masyarakat demikian pendidikan informal dan orang tua dan masyarakat dirasa cukup untuk bekal hidup dalam masyarakat bersangkutan. Mereka cukup belajar dari orang tua atau orang dewasa lainnya. Dalam proses pendidikan yang dijalani bersifat spontan tidak melalui proses perencanaan yang matang. Oleh karenanya para pelaku pendidikan baik anak, orang tua atau masyarakat tidak menyadari adanya proses belajar mengajar. Dengan mengacu pendapat Margaret Mead yang dikutip Sastra Prateja pendidikan pada waktu itu disebut paskafiguratif.
            Seiring dengan perkembangan peradaban manusia, orang tua merasa “tidak mampu” lagi untuk mendidik anaknya. Pada masyarakat yang semakin komplek dan terspesialisasi, seorang anak memelukan persiapan yang khusus untuk memasuki usia dewasa terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam ketrampilan. Maka Persiapan ini memerlukan waktu yang khusus, tempat yang khusus, dan proses yang khusus pula. Dengan demikian secara objektif orang tua memerlukan lembaga tertentu untuk menggantikan sebagian fungsinya sebagai pendidik. Lembaga ini dalam perkembangan lebih lanjut dikenal dengan sekolah. Secara hakiki sekolah tersebut bukan mengoper tugas orang tua sebagai pendidik tetapi sekedar sebagai pelengkap pendidikan yang diberikan oleh orang tua.
            Dalam perkembangan lebih lanjut pendidikan sekolah yang dikembangkan oleh pemerintah karena dianggap lebih modern dan nasionalis (mampu menampung berbagai perbedaan faham, golongan, agama, suku dan lain-lain).
            Seiring dengan perkembangan peradahan manusia, sekolah telah mencapai posisi yang sangat sentral. Sekolah tidak lagi berfungsi sebagai pelengkap pendidikan keluarga. Hal ini karena perdidikan telah berimbas pola piker ekonomi yaitu efektivitas dan efisiensi. Pola pikir efektivias dan efisiensi ini telah menjadi semacam ideologi dalam pendidikan.
            Dasar tanggungjawab sekolah akan pendidikn meliputi tiga hal yaitu:
a.   Tanggung jawab formal kelembagaan sesuai dengan fungsi dan tujuan yang ditetapkan menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku (perundang-undangan pendidikan)
b.  Tanggung jawab keilmuan berdasarkan benuk isi, tujuan, dan jenjang pendidikan yang dipercayakan kepadanya oleh masyarakat dan negara
c. Tanggung jawab fungsional adalah tanggung jawab profesional pengelola dan pelaksanaan pendidikan yang menerirna ketetapan ini berdasarkan ketentuan- ketentuan jabatannya.[ Sunarya, 1996: 112]
            Tanggung jawab tersebut merupakan pelimpahan sebagian tanggungjawab orang tua dan masyarakat dalam bidang pendidikan.
4. Lingkungan pendidikan Masyarakat
            Menurut Soerjono Soekanto (1988), dalam setiap masyarakat, baik yang sederhana maupun yang komplek, terbelakang, atau maju, pasti terdapat pranata-pranata sosial (social intitutions). Kalau dianalisis paling tidak ada 5 pranata sosial yang terdapat dalam sistem masyarakat, yaitu:
1)      Pranata pendidikan
Pranata pendidikan secara umurn mempunyai tugas dalam upaya sosialisasi, sehingga setiap warga masyarakat mempunyai kepribadian yang mendekati harapan masyarakat bersangkutan.


2)      Pranata ekonomi
Pranata ekonomi bertugas mengatur upaya pemenuhan kemakmuran hidup sehingga masing-masing anggota mernperoleh kelayakan secara ekonomis.
3)      Pranata politik
Pranata politik bertugas menciptakan integritas dan stabilitas inasyarakat.
4)      Pranata teknologi
Pranata teknologi berupava menciptakan teknik untuk mempermudah kehidupan manusia.
5) Pranata moral atau etika
               Pranata moral mengurusi nilai dan penyikapan atau tindakan dalam pergaulan di masyarakat.
            Masing-masing pranata sosial tersebut mempunyai hubungan Interdependensi yang kuat.
            Dalam banyak hal sekolah juga dinilai telah tertinggal dari masyarakatnya. Kini sekolah banyak belajar dari masyarakat. Hal ini karena berbagai motivasi khususnya dalam bidang teknologi, telah lebih dahulu terjadi di dalam masyarakat daripada di sekolah. Hal ini sebenarnya adalah sesuatu yang wajar, mengingat sekolah hanyalah salah satu pranata yang ada dalam masyarakat di antara empat pranata yang lain. Selain itu masyarakatlah yang memiliki berbagai sumber daya yang memungkinkan untuk mengembangkan berbagai inovasi. Sedangkan sekolah hanya berperan serta untuk mencetak manusia yang berkepribadian inovatif, meskipun dalam banyak hal dapat pula atau harus sebagai inovator.
Ketiga Iingkungan pendidikan ini sering dirancukan dengan pemilahan pendidikan yang dikembangkan oleh Philip H. Coombs yaitu pendidikan informal, formal, dan nonformal. Menurutnya pendidikan informal adalah pendidikan yang tidak terprogram dan tidak berstruktur, berlangsung kapan pun dan dimana pun juga.  Pendidikan formal adalah pendidikan berprogram, berstruktur dan berlangsung dipersekolahan. Sedangkan pendidikan nonformal adalah pendidikan yang berstruktur, berprogram dan berlangsung di luar persekolahan. [Cropley, 1987: 98]
C.    Fungsi Lingkungan Pendidikan Terhadap Proses Pendidikan manusia
Secara umum fungsi lingkungan pendidikan terhadap proses pendidikan adalah membantu peserta didik dalam interaksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya, utamanya berbagai sumber daya pendidikan yang tersedia agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang optimal.
Setiap pusat pendidikan mempunyai kontribusi yang besar terhadap kegiatan pendidikan, yaitu:
1.    Pembimbingan dalam upaya pemantapan kepribadian yang berbudaya
2.    Pengajaran dalam upaya penguasaan pengetahuan
3.    Pelatihan dalam upaya pemahiran ketrampilan
Antara lingkungan satu dengan lingkungan lainnya saling berhubungan satu sama lain dan tidak dapat berdiri sendiri karena terjadi hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi antar lingkungan pendidikan.
Lingkungan keluarga sebagai dasar pembentukan sikap dan sifat manusia, lingkungan sekolah sebagai bekal kemampuan(skill) dan ilmu pengetahuan, sedangkan lingkungan masyarakat merupakan tempat praktek dari bekal yang diperoleh dari lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah sekaligus sebagai tempat pengembangan kemampuan diri. [Budiyanto, 2001: 47]

IV. SIMPULAN
            Dari urain diatas, maka pemakalah dapat mengambil kesimpulan bahwa:
1.      Lingkungan pendidikan adalah berbagai faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap praktek pendidikan atau berbagai lingkungan tempat berlangsungnya proses pendidikan, yang merupakan bagian dari lingkungan sosial.
2.      Lingkungan pendidikan dibagi menjadi 3 bagian yaitu lingkungan pendidikan keluarga, lingkungan pendidikan sekolah, dan lingkungan pendidikan masyarakat. Ketiga lingkungan pendidikan tersebut dikenal dengari tripusat pendidikan.
3.      Fungsi lingkungan pendidikan terhadap proses pendidikan adalah membantu peserta didik dalam interaksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya, utamanya berbagai sumber daya pendidikan yang tersedia agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang optimal.


 
V. DAFTAR PUSTAKA
Munib, Ahmad dkk. 2005. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang : Unnes Press.
Tirtaraharja, Umar. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta:Rineka Cipta
Ma’ruf Noor, Faried. 1983. Menuju Keluarga sejahtera dan bahagia.                                  Bandung: PT Al-Ma’arif
            Kartadinata, Sunarya. 1996. Landasan-landasan pendidikan SD. Jakarta:                            Depdikbud
Cropley, A. J. 1987. Pendidikan seumur hidup. Surabaya: Usaha Nasional                           Surabaya
Budiyanto. 2001. Pendidikan dan lingkungannya. Bandung: Bandung                                Press

No comments:

Post a Comment